TEKNIK PEMERIKSAAN CERVIKAL 22.30

Teknik Pemeriksaan Radiografi Vertebra Cervical (Bag.1)

Wah lama nih gak posting sekarang kita mau belajar tentang Teknik Pemeriksaan Radiografi Vertebra Cervical. Pemeriksaan radiografi vertebra cervical sendiri adalah pemeriksaan radiografi untuk melihat anatomi ataupun kelainan-kelainan pada vertebra cervical (tulang leher). Teknik-teknik dasar yang biasa digunakan untuk pemeriksaan ini meliputi proyeksi Anterior Posterior (AP) open mouth, Anterior Posterior (AP) axial, Oblique, Lateral, dan Lateral Swimmer’s. Akan tetapi proyeksi-proyeksi tersebut digunakan sesuai klinis.
PROYEKSI AP (Atlas (C1) dan Axis (C2))
Open Mouth (Albers Schonbergl dan George)
Kaset :  Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 8 x 10 inci (18 X 24 cm).
Posisi pasien : Tempatkan pasien dalam posisi terlentang diatas meja pemeriksaan, kemudian pusatkan bidang midsagittal tubuh pada garis tengah grid. Atur lengan pasien di sepanjang sisi tubuh, dan atur bahu sampai terletak pada bidang horizontal yang sama. Jika perlu tempatkan penopang di bawah lutut pasien untuk kenyamanan.
Posisi objek : Tempatkan lR (kaset radiograf) ke dalam Bucky, dan pusat IR pada level aksis (V. Cervical 2).Sesuaikan kepala pasien sehingga bidang midsagittal tegak lurus terhadap bidang meja.Pilih faktor eksposur, dan atur posisi tube x-ray sehingga setiap sedikit perubahan dapat dilakukan dengan cepat setelah pengaturan akhir kepala pasien. Meskipun posisi ini tidak mudah untuk dinahan, pasien biasanya dapat bekerja sama sepenuhnya kecuali ia tetap dalam posisi, akhir tegang terlalu lama.Atur agar pasien membuka mulut lebar sebanyak mungkin, dan kemudian sesuaikan kepala sehingga garis dari tepi bawah gigi seri atas ke ujung prosesus mastoid (bidang oklusal) tegak lurus terhadap IR. Sebuah pengganjal kecil di bawah bagian belakang kepala mungkin diperlukan untuk mempermudah membuka mulut ketika keselarasan yang tepat dari gigi seri atas dan mastoid tips dipertahankan.
Proteksi Radiasi : Gunakan Perisai gonad.
Respirasi : Anjurkan pasien untuk menjaga mulut terbuka lebar dan perlahan mengucapkan “Hah” selama eksposur. Serta letakkan lidah di dasar mulut sehingga tidak diproyeksikan pada atlas dan axis dan akan mencegah gerakan mandibula.
Central ray :  Arah sinar tegak lurus ke pusat IR dan masuk ke titik tengah mulut yang terbuka
Struktur ditunjukkan : Gambar yang dihasilkan menunjukkan proyeksi AP dari atlas dan axis melalui mulut yang terbuka.  Jika pasien memiliki kepala yang dalam atau rahang panjang. Keseluruhan atlas tidak dapat ditunjukkan. Ketika bayangan persis superposisi dengan permukaan oklusal dari gigi seri tengah atas dan dasar tengkorak yang sesuai dengan orang-orang dari ujung proses mastoid, posisi tidak dapat diperbaiki. Jika pasien tidak dapat membuka mulut, tomografi mungkin diperlukan untuk melihat axis dan atlas.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:
  • Tampak dens, atlas, sumbu, dan artikulasi antara Cervical 1 dan cervical 2.
  • Permukaan artikular seluruh atlas dan axis (untuk memeriksa perpindahan lateral)
  • Superposisi bidang oklusal dari gigi seri tengah atas dan dasar tengkorak
  • Lebar mulut yang terbuka
  • Bayangan lidah tidak diproyeksikan di atas atlas dan axis
  • Ramus mandibula sama jaraknya dari dens
CATATAN : SID 30-inchi (76 cm) sering digunakan untuk proyeksi ini untuk meningkatkan bidang pandang daerah odontoid.
PROYEKSI AP AKSIAL
Kaset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 8 x 10 inchi (18 X24 cm) memanjang.
Posisi pasien : Tempatkan pasien dalam posisi terlentang atau tegak dengan punggung melawan dudukan IR.Sesuaikan bahu pasien untuk berbaring dalam bidang horizontal yang sama untuk mencegah rotasi.
Posisi objek : Pusatkan bidang midsagittal dari tubuh pasien ke garis tengah meja atau perangkat grid vertikal. Extendsikan dagu sehingga bidang oklusal tegak lurus terhadap ujung meja. Hal ini mencegah superimposisi tulang mandibula dan pertengahan cervical. Kemudian pusatkan IR pada level C4. Atur kepala sehingga bidang midsagittal selaras lurus dan tegak lurus terhadap IR. Berikan pengganjal untuk kepala pasien yang memiliki lengkungan lordotic. Pengganjal ini akan membantu mengimbangi lengkungan dan mengurangi distorsi gambar.
Proteksi radiasi : Gunakan perisai gonad.
Respirasi : Tahan nafas.
Central ray : Diarahkan melalui C4 pada sudut 15 sampai 20 derajat cephalad. Sinar sentral masuk pada atau sedikit lebih rendah ke titik yang paling menonjol dari tulang rawan tiroid.
Struktur ditunjukkan : Gambar yang dihasilkan menunjukkan lima bagian bawah corpus servical dan dua atau tiga bagian atas corpus toraks, ruang interpediculate, superimposed transversus dan prosesus artikular, dan dalam ruang disk tervertebral. Proyeksi ini juga digunakan untuk menunjukkan ada atau tidak adanya tulang rusuk cervical.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:
  • Tampak area dari bagian superior dari C3 ke T2 dan sekitarnya jaringan lunak
  • Tampak bayangan dari tengkuk mandibula dan superimposed di atas atlas dan sebagian besar aksis
  • Terbuka ruang diskus intervertebralis
  • Spinosus prosesus berjarak sama pada pedikel
  • Sudut mandibula berjarak sama pada vertebra.
PROYEKSI LATERAL (Grandy Metode)
R atau posisi L
Keset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 8×10 inchi (18x24cm) memanjang
SID : SID 60 sampai 72 inchi (152-183 cm) dianjurkan karena OID meningkat. Jarak yang lebih jauh membantu menunjukkan C7.
Posisi pasien : Tempatkan pasien dalam posisi lateral yang benar, baik duduk atau berdiri, di depan perangkat grid vertikal. Sumbu panjang veltebrae cervical harus sejajar dengan bidang IR.Mintalah pasien duduk atau berdiri lurus, dan menyesuaikan ketinggian IR sehingga itu berpusat pada level C4. Bagian atas IR akan menjadi sekitar 1 inchi (2,5 cm) di atas EAM.
Posisi objek : Pusatkan bidang koronal yang melewati mastoid tips ke garis tengah IR.Pindahkan pasien agar dekat dengan perangkat grid vertikal untuk memungkinkan bahu yang dekat bersandar terhadap perangkat sebagai dukungan. (Proyeksi ini dapat dilakukan tanpa menggunakan grid.)Putar bahu anterior atau posterior sesuai dengan kyphosis alami vertebra: jika pasien itu bulat bahu, putar bahu anterior, jika tidak, putar ke posterior.Sesuaikan bahu agar terletak dalam bidang horizontal yang sama, tekan sebisa mungkin, dan imobilize dengan memasang satu karung pasir kecil ke pergelangan tangan masing-masing. Karung pasir harus dari bobot yang sama.Hati-hati dan pastikan bahwa pasien tidak mengangkat bahu.Tinggikan dagu sedikit, atau pasien menjulur mandibula untuk mencegah superimposisi ramus mandibula dan tulang belakang. Pada waktu yang sama dan dengan bidang midsagittal kepala vertikal, mintalah pasien untuk melihat terus di satu tempat di dinding. Bantuan ini mempertahankan posisi kepala.
Proteksi radiasi : Gunakan perisai gonad.
Respirasi : Tahan respirasi pada akhir ekspirasi penuh untuk mendapatkan depresi yang maksimum bagian bahu.
Central ray : Horisontal dan tegak lurus terhadap C4. Dengan pemusatan seperti, garis yang diperbesar dari bahu terjauh dari IR yang akan diproyeksikan di bawah tulang leher bawah.
Struktur ditunjukkan : Gambar yang dihasilkan menunjukkan proyeksi lateral corpus servical dan interspaces mereka, pilar artikular, lima bawah sendi zygapophyseal, dan prosesus spinosus. Tergantung pada seberapa baik bahu dapat ditekan, sebuah proyeksi lateral yang baik harus mencakup C7, kadang-kadang T1 dan T2 juga dapat dilihat.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:
  • Tampak ketujuh cervical dan setidaknya sepertiga dari T1. (Kalau radiograf terpisah dari wilayah cervicothoracic direkomendasikan.)
  • Leher diekstensikan sehingga mandibula tidak tumpang tindih atlas atau axis.
  • Tampak superposisi atau hampir superimposed dari mandibula.
  • Tidak ada rotasi atau kemiringan cervical spine yang ditunjukkan oleh sendi zygapophyeal yang terbuka.
  • C4 di tengah radiograf.
  • Tampak detil tulang dan jaringan lunak.

SUMBER :https://bocahradiography.wordpress.com/2012/09/04/teknik-pemeriksaan-radiografi-vertebra-cervical-bag-1/

teknik pemeriksaan TMJ 22.29

Teknik Pemeriksaan Temporal Mandibula Joint (TMJ)

diposting oleh hanifah-ayu-fk13 pada 19 November 2013
di Kesehatan - 0 komentar

1. Tujuan Pemeriksaan
Pemeriksaan temporal mandibula joint (TMJ) adalah suatu pemeriksaan secara radiologis dari persendian antara temporal dan mandibula, yang dilakukan dengan proyeksi AP Axial atau Inferosuperior Transfacial. 
3. Persiapan Alat
  • Pesawat roentgen siap pakai
  • Kaset sesuai dengan ukuran
  • Marker
  • Baju pasien 
  • Gonad shield
  • Apron 
4. Teknik Pemeriksaan
1. Proyeksi AP Axial 
a. Persiapan alat dan bahan : 
  1. Film dan kaset 18 x 24 cm 
  2. Pesawat sinar X 
  3. Marker 
  4. Alat fiksasi 
  5. Shielding 
b. Persiapan pasien : Pasien terbebas dari benda logam 
c. Posisi pasien : Posisikan pasien diposisi supine atau erect 
d. Posisi object : 
  1. Tempatkan pertengahan kaset pada MSP (Mid Sagital Plane). 
  2. Letakkan lengan diposisi nyaman 
  3. Atur bahu agar posisinya sama 
  4. Atur kepala maka MSP sejajar dengan film 
  5. Fleksikan leher agar orbitomeatal line tegak lurus dengan film 
e. CR : Arahkan sinar ke caudal dengan sudut 35º 
f. CP : 3 inci atau 7,5 cm diatas nasion 
g. FFD :100 cm 
h. Kriteria gambar : 
  1. kepala tidak mengalami rotasi. 
  2. tampak gambaran axial dari procesus condyloid dan mandibula fossae. 
  3. condilus dan TMJ terlihat pada pemeriksaan open mouth. 
  4. terjadi sedikit superposisi oleh condilus pada pemeriksaan closed mouth.
i. Hasil Foto AP Axial
2. Proyeksi Inferosuperior Transfacial 
a. Persiapan alat dan bahan : 
  1. Film dan kaset 18 x 24 cm 
  2. Pesawat sinar X 
  3. Marker 
  4. Alat fiksasi 
  5. Shielding 
b. Persiapan pasien : Pasien terbebas dari benda logam 
c. Posisi pasien : 
  1. Posisi semi prone khusus digunakan pada pasien yang tidak dapat berbaring dengan posisi prone. 
  2. Apabila pasien berdiri, pasien dapat lebih nyaman dengan posisi PA oblique. 
d. Posisi object : 
  1. Atur kepala pasien agar true lateral. Letakkan sisi yang diperiksa menempel pada kaset. 
  2. Akan terjadi sedikit tilt, jadi interpupilary line membentuk sudut 10º-15 º dari posisi tegak lurus. 
  3. Kepala juga akan mengalami putaran dari posisi lateral, jadi MSP membentuk sudut 15 º terhadap bidang kaset. 
  4. Hal ini mencegah superposisi daerah yang akan difoto dengan vertebra cervicalis. 
  5. Ekspose yang pertama dilakukan dengan mulut tertutup. Kemudian ganti kaset dan lakukan eksposi kedua dengan mulut terbuka. 
  6. Tahan napas saat diekspos. 
e. CR : Arahkan sinar ke chepalad dengan sudut 30º 
f. CP : Pada pertengahan kaset. Maksudnya sinar yang diarahkan ke inferior mandibula yang jauh dari film dan melalui atau menuju TMJ yang menempel pada kaset. 
g. FFD : 100 cm 
h. Kriteria gambar : 
  1. Tampak gambaran lateral oblique dari TMJ pada posisi open mouth dan closed mouth. 
  2. Mandibula pada sisi yang tidak menepel pada kaset tidak mengalami overlapping dengan daerah TMJ.
  3. TMJ bebas dari superposisi dengan vertebra cervicalis. 
  4. Pada pemeriksaan closed mouth, condyle akan terletak pada mandibular fossa 
  5. Pada pemeriksaan open mouth, condyle akan terletak pada articular tubercle apabila pasien membuka mulutnya dengan lebar.
i. Hasil Foto Inferosuperior Transfacial




SUMBER :http://hanifah-ayu-fk13.web.unair.ac.id/artikel_detail-87486-Kesehatan-Teknik%20Pemeriksaan%20Temporal%20Mandibula%20Joint%20%28TMJ%29.html

teknik pemeriksaan sinus paranasalis 22.28

Prosedur Pemeriksaan Radiografi Sinus Paranasal

Menurut Bontrager (2010) teknik radiografi sinus paranasal adalah teknik penggambaran sinus dengan menggunakan  sinar–x untuk memperoleh radiograf guna membantu menegakkan diagnosa.
a.      Patologi pemeriksaan radiografi sinus paranasal
Patologi yang sering terjadi sehingga dilakukkannya pemeriksaan radiograf sinus paranasal adalah Ssinusitis, osteomalitis dan sinus polip 
b.      Persiapan alat dan bahan, meliputi :
Alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah pesawat sinar-X, kaset dan film ukuran 18 24 cm, marker R dan L dan plester, apron, ID camera, grid dan alat prossesing film. Penggunaan identitas pada radiograf dengan marker meliputi informasi tanggal pemeriksaan, nama atau nomor pasien, kanan atau kiri dan instiusi.
c.      Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan radiografi sinus paranasal antara lain melepaskan benda-benda logam,plastik atau benda lain yang terdapat dikepala. Pengambilan radiograf dengan pasien berdiri atau tiduran.
d.      Teknik Radiografi sinus paranasal (Standar)
1)  Proyeksi lateral
Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi lateral adalah untuk menampakkan patologi sinusitis, osteomilitis dan polip. Teknik pemeriksaan proyeksi lateral:
a)     Posisi pasien
Atur pasien posisi berdiri
b)     Posisi objek:
(1) Letakkan lateral kepala yang sakit dekat dengan kaset
(2) Atur kepala hingga benar-benar pada posisi lateral (MSP sejajar kaset)
(3) IPL tegak lurus kaset
(4) Atur dagu hingga IOML tegak lurus terhadap samping depan kaset 
c)     Sinar pusat:
(1) Arah sinar tegak lurus horizontal terhadap kaset
(2) Titik bidik tegak lurus terhadap kaset diantara outer canthus dan EAM
(3) Minumin SID 100 cm
d)     Kolimasi   
Pada semua rongga sinus
e)     Pernafasan :
Pasien tahan nafas selama ekposi berlangsung

f)      Kriteria radiograf : Tampak sinus maksillaris,sinus spenoid, sinus frontal dan sinus ethimoid tampak secara lateral (gambar 2.16).  
Gambar 2.15 Proyeksi Lateral (Bontrager,2010)

Gambar 2.16 Radiograf Proyeksi Lateral (Bontrager,2010)

2)  Proyeksi PA (Cadwell method)
Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi PA (Cadwell method) adalah untuk menampakkan patologi adalah sinusitis, osteomilitis dan polip. Teknik pemeriksaan proyeksi lateral:
a)     Posisi pasien
  Atur pasien dalam keadaan erect
b)     Posisi objek:
(1) Letakkan hidung dan dahi pasien menempel pada kaset, atau ekstensikan kepala hingga OML membentuk sudut 150 dari kaset
(2) MSP tegak lurus kaset
c)     Sinar pusat:
(1) Atur arah sinar horizontal, sejajar dengan kaset
(2) Titik bidik keluar nasion
(3) Minimum SID 100 cm
d)     Kolimasi   
  Pada semua rongga sinus
e)     Pernafasan
  Pasien tahan nafas selama pemeriksaan berlangsung
f)      Kriteria radiograf : Tampak sinus frontal diatas sutura frontonasal, cairan anterior etmoid tergambarkan secara lateral terhadap tulang nasal langsung dibawah sinus frontal. (gambar 2.18)

Gambar 2.17 Proyeksi PA (Caldwell Method) sinar pusat horizontal, OML 15terhadap kaset, jika tidak dapat tegak lurus buky dapat dimiringkan 150..(Bontrager,2010)
Gambar 2.18 Radiograf Proyeksi PA / Caldwell Method (Bontrager,2010)

3)  Proyeksi parietoacanthial (waters methode close mouth)
      Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi parietoacanthial (waters methode close mouth) adalah untuk menampakkan patologi sinusitis, osteomilitis dan polip. Teknik pemeriksaan proyeksi parietoacanthial (waters method close mouth):
a)     Posisi pasien
Atur pasien dalam posisi erect
b)     Posisi objek:
(1) Ekstensikan leher, letakkan dagu dan hidung pada permukaan kaset.
(2) Atur kepala hingga MML (mento meatal line) tegak lurus kaset, sehingga OML akan membentuk sudut 370 dari kaset.
(3) MSP tegak lurus terhadap grid
c)     Sinar pusat:
(1) Atur arah sinar horizontal tegak lurus pertengahan kaset keluar dari acanthion
(2) Minimum SID 100 cm
d)     Kolimasi   
Pada semua rongga sinus
e)     Pernafasan
Pasien tahan nafas selama eskpos berlangsung
     Kriteria radiograf : Sinus maksillaris tampak tidak super posisi dengan prosesus alveolar dan petrous ridges.Inferior orbital rim tampak Sinus frontal tampak oblique (gambar 2.20) 

Gambar 2.19 Proyeksi parietoacanthial / waters method close mouth (Bontrager,2010)
Gambar 2.20 Radiograf Proyeksi parietoacanthial / waters method close mouth Bontrager (2010)

e.      Teknik Radiografi sinus paranasal (Khusus)
1)     Proyeksi parietoacanthial (waters method open mouth)
 Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi  parietoacanthial (waters method open mouth)  untuk menampakkan patologi sinusitis, osteomilitis dan polip. Teknik pemeriksaan proyeksi parietoacanthial (waters method open mouth):
a)     Posisi Pasien
Atur pasien dalam posisi erect dan membuka mulut                    
b)     Posisi Objek :
(1) Ekstensikan leher, istirahatkan dagu di meja pemeriksaan
(2) Atur kepala sehingga OML membentuk sudut 37terhadap kaset (MML akan tegak lurus dengan mulut yang terbuka)
(3) MSP tegak lurus terhadap grid
c)     Sinar pusat :
(1) Arah sinar tegak lurus horizontal terhadap kaset
(2) Titik bidik pada pertengahan kaset keluar menuju acanthion
(3) Minimum SID 100 cm
d)     Kolimasi     
Pada semua rongga sinus
e)     Pernafasan
Pasien tahan nafas selama pemeriksaan berlangsung
f)   Kriteria radiograf : Sinus maksillaris tampak tidak super posisi dengan prosesus alveolar dan petrous ridgesInferior orbital rim tampakSinus frontal tampak oblique dan tampak sinus spenoid dengan membuka mulut (gambar 2.22).
Gambar 2.21 Proyeksi parietoacanthial / waters method open mouth (Bontrager,2010)

Gambar 2.22 Radiograf Proyeksi parietoacanthial / waters method open mouth (Bontrager,2010)

2)     Proyeksi Submentovertex (SMV)
Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi  Submentovertex (SMV) adalah untuk menampakkan patologi sinusitis, osteomilitis dan polip. teknik pemeriksaan proyeksi Submentovertex (SMV). 
a)     Posisi Pasien
Atur pasien dalam keadaan erect (berdiri), jika memungkinkan untuk menampakkan batas ketinggian cairan.
b)     Posisi Objek:
(1) MSP tegak lurus kaset
(2) Tengadahkan  Dagu, hyperextensikan leher jika memungkinkan hingga IOML paralel kaset. Puncak kepala menempel pada kaset.
c)     Sinar pusat :
(1)    Arah sinar tegak lurus IOML
(2)    Titik bidik jatuh di pertengahan sudut mandibular
(3)    Minimum SID 100 cm
d)     Kolimasi   
Pada semua rongga sinus
e)     Pernafasan
Pasien tahan nafas selama eksposi berlngsung
f)      Kriteria radiograf : Tampak sinus sphenoid, ethmoid, maksillaris dan fossa nasal (gambar 2.24).
Gambar 2.23 Proyeksi Submentovertex (SMV) (Bontrager,2010)

Gambar 2.24 Radiograf Proyeksi Submentovertex (SMV) (Bontrager,2010)

sumber :http://sahabatafterego.blogspot.com/2013/11/prosedur-pemeriksaan-radiografi-sinus.html